Jakarta – Matahari akan makin aktif dan bisa menimbulkan efek buruk.
Untuk antisipasi, ilmuwan bertemu Selasa lalu, membahas cara melindungi
bumi dari serangan badai matahari.
Badai matahari terjadi jika sunspots di bintang kita meletus dan
memuntahkan keluar partikel yang dapat merusak sistem pembangkit listrik
di bumi.
Aktivitas matahari biasanya mengikuti siklus 11-tahun, dan tampaknya
akan keluar dari masa kemerosotan dan bersiap-siap untuk masa aktif.
“Matahari bangun dari tidur nyenyak dan dalam beberapa tahun ke depan
kita akan menghadapi aktivitas matahari dengan tingkat jauh lebih
tinggi,” kata Richard Fisher, Kepala Divisi Heliophysics NASA.
“Pada saat yang sama, masyarakat teknologi belum mengembangkan
kepekaan pada badai matahari yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Perpotongan dua masalah itu yang kami bahas.”
Orang di abad 21 bergantung pada sistem berteknologi tinggi bagi kehidupan dasar sehari-hari mereka.
Tapi pembangkit listrik canggih, navigasi GPS, perjalanan udara, jasa
keuangan dan komunikasi radio darurat, semua dapat pingsan oleh
aktivitas matahari yang intens.
Sebuah badai matahari besar dapat menyebabkan kerusakan ekonomi dua
puluh kali lebih besar dari Badai Katrina, ingat National Academy of
Sciences dalam sebuah laporan tahun 2008.
Untungnya, banyak kerusakan dapat diatasi jika tahu badai kapan akan
datang. Itulah sebabnya pemahaman yang lebih baik dari cuaca matahari
dan kemampuan untuk memberikan peringatan dini sangat penting.
Menempatkan satelit di ‘mode aman’ dan melepaskan transformator dapat melindungi elektronik dari lonjakan listrik yang merusak.
“Peramalan cuaca ruang angkasa masih dalam masa perkembangan, tapi
kami membuat kemajuan yang cepat,” kata Thomas Bogdan, Direktur
Nasional Kelautan dan Atmosfer AS (NOAA) .
NASA dan NOAA bekerja sama untuk mengelola armada satelit yang
memantau matahari dan membantu untuk memprediksi perubahan yang
terjadi.
Sepasang pesawat ruang angkasa disebut stereo (Solar Terrestrial
Relations Observatory) ditempatkan di sisi berlawanan dari matahari,
yang menawarkan tampilan gabungan 90 persen permukaan matahari.
Selain itu, SDO (yang Solar Dinamic Observatory) yang baru saja
diluncurkan pada Februari 2010, bisa mengambil foto daerah aktif yang
belum pernah bisa diambil sebelumnya di wilayah matahari dengan resolusi
spektral, temporal dan spasial.
Juga sebuah satelit tua yang disebut Advanced Composition Explorer
(ACE) yang diluncurkan pada 1997 dan masih terus memantau datang angina
dari matahari. Dan ada puluhan wahana lain yang didedikasikan untuk
ilmu matahari.
“Saya percaya kami berada di ambang era baru di mana cuaca ruang
angkasa dapat mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari seperti cuaca
bumi biasa,” kata Fisher. “Kami menganggap ini memang sangat serius.